Ketiga Emiten BUMN Pertambangan Mengalami Penurunan Harga Saham Pasca Pembagian Dividen
Setelah tiga emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS) membagikan dividen final pada Jumat (11/7), harga saham ketiganya mengalami penurunan. Hal ini terjadi setelah mereka menetapkan jadwal cum date dividen pada 20 Juni 2025, yang diikuti oleh penurunan harga saham.
Pada Jumat (11/7), saham ANTM berada di level Rp 2.990 per saham atau terkoreksi 6,56% sejak periode cum date dividen tanggal 20 Juni lalu. Harga saham PTBA juga melorot 15,93% ke level Rp 2.480 per saham dalam periode yang sama. Begitu pula dengan saham TINS yang terkoreksi 5,88% selepas cum date dividen ke level Rp 1.040 per saham.
BACA JUGA
Dalam pembagian dividen, ANTM menebar dividen senilai Rp 3,64 triliun atau Rp 151,77 per saham. PTBA membagikan dividen sebesar Rp 3,82 triliun atau Rp 332,43 per saham. Adapun TINS memberi dividen Rp 474,65 miliar atau Rp 63,73 per saham.
Alasan Penurunan Harga Saham
CEO Edvisor Provina Visindo Praska Putrantyo menyatakan bahwa koreksi harga saham yang terjadi pada ANTM, PTBA, dan TINS selepas cum date maupun ex date dinilai cukup wajar. Menurutnya, sebagian investor fokus pada aspek capital gain usai pengumuman pembagian dividen emiten tersebut, sehingga mereka melakukan aksi ambil untung atau profit taking.
Selain itu, koreksi pada saham-saham tersebut telah dikompensasi oleh dividen yield yang relatif atraktif. Hal serupa juga disampaikan oleh Praktisi Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto. Ia menilai bahwa koreksi yang terjadi pada saham ANTM, PTBA, dan TINS murni karena aksi profit taking dan hal itu sudah umum terjadi ketika suatu emiten membagikan dividen.
Peluang Kenaikan Harga Saham
Meskipun terjadi penurunan, ketiga saham tersebut masih memiliki peluang untuk mencatatkan kenaikan harga selepas pembayaran dividen hari ini. Dinamika pergerakan harga komoditas di pasar global akan menjadi faktor utama. William memprediksi saham ANTM yang paling berpeluang tumbuh signifikan berkat sentimen harga emas dan nikel.
Selain itu, ANTM juga terbantu oleh sentimen peresmian pabrik baterai kendaraan listrik. Sementara menurut Praska, saham ANTM dan TINS berpotensi tumbuh positif dalam jangka pendek usai musim pembagian dividen, mengingat harga komoditas logam seperti emas dan timah cenderung bergerak naik.
Khusus ANTM, emiten ini turut diuntungkan oleh tren permintaan logam mulia yang tinggi di pasar domestik. TINS juga mendapat berkah seiring potensi pemangkasan suku bunga acuan di China yang diikuti oleh meredanya perang tarif yang melibatkan negara tersebut dengan Amerika Serikat (AS). Alhasil, China fokus pada pertumbuhan industri dan kembali meningkatkan pembelian produk timah maupun turunannya.
Di sisi lain, PTBA masih diliputi oleh tantangan kelebihan pasokan batubara yang membuat harga komoditas ini cenderung melandai. Kondisi tersebut dapat memengaruhi pergerakan harga saham PTBA di kemudian hari.
Rekomendasi Investasi
Praska merekomendasikan buy on weakness saham ANTM di level Rp 2.750 per saham dengan target harga di level Rp 3.160 per saham. Dia juga merekomendasikan beli saham PTBA dan TINS masing-masing dengan target harga Rp 2.950 per saham dan Rp 1.230 per saham.
William juga merekomendasikan beli saham ANTM, PTBA, dan TINS masing-masing dengan target harga Rp 3.250 per saham, Rp 2.600—2800 per saham, dan Rp 1.100 per saham. Analis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora turut merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.240 per saham. Rekomendasi beli juga disematkan untuk saham PTBA dan TINS dengan target harga masing-masing Rp 2.590 per saham dan Rp 1.100 per saham.
Dia menilai, ketiga saham tersebut harganya sudah tergolong murah. Secara teknikal, ketiganya sedang berada di area support, sehingga berpotensi untuk mengalami rebound. Dengan dukungan harga komoditas emas yang tinggi akibat kekhawatiran perang tarif, ANTM dinilai memiliki peluang terbesar untuk naik kinerjanya.