.CO.ID – JAKARTA.
Rupiah berpotensi tertekan seiring potensi meningkatnya permintaan dolar Amerika Serikat (AS), sebagai mata uang
safe haven
di tengah panasnya tensi geopolitik.
Berdasarkan Trading Economics, indeks dolar naik 0,44% dalam 24 jam terakhir ke level 99,34 pada Senin (23/6), melanjutkan penguatan 1,39% dalam sepekan. Sementara rupiah, berdasarkan Bloomberg turun 1,39% ke Rp 16.492 per dolar AS dan turun 0,58% dari hari sebelumnya.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan konflik di Timur Tengah memiliki dampak langsung yang merugikan terhadap nilai tukar rupiah. Ini seiring dengan menguatnya dolar AS sebagai aset
safe haven
.
BACA JUGA
“Ketika global meningkat, investor cenderung beralih ke mata uang yang dianggap lebih stabil dan likuid seperti dolar AS, menarik modal keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia,” ujarnya kepada .co.id, Senin (23/6).
Kenaikan harga minyak juga membebani neraca perdagangan dan pembayaran Indonesia, mengingat Indonesia adalah importir minyak bersih. Beban subsidi energi dapat meningkat, menimbulkan tekanan pada anggaran pemerintah.
“Akibatnya, sentimen negatif pasar terhadap rupiah semakin diperparah, mendorong pelemahan seperti yang terlihat hingga hari ini,” lanjut Sutopo.
Dia berpandangan bahwa potensi pelemahan rupiah akibat perang ini cukup signifikan dan dapat berlanjut jika konflik berkepanjangan atau eskalasi lebih lanjut. Pasar akan mencermati respon Bank Indonesia (BI) dan kebijakan pemerintah dalam menstabilkan perekonomian.
Menurutnya, jika tekanan inflasi domestik meningkat akibat harga minyak yang tinggi, BI mungkin akan dihadapkan pada pilihan sulit antara menahan laju inflasi dengan menaikan suku bunga atau menjaga pertumbuhan ekonomi.
Untuk level teknis,
support
rupiah terhadap dolar AS dapat terlihat di sekitar Rp 16.300 – Rp 16.400 per dolar AS, yang merupakan level krusial untuk mencegah pelemahan lebih lanjut. Sementara itu,
resistance
yang perlu dicermati berada di kisaran Rp 16.500 per dolar.
“Jika level resistance ini ditembus, rupiah berpotensi melemah lebih jauh ke kisaran Rp 16.700 atau bahkan Rp 16.800 per dolar, tergantung pada seberapa parah gejolak global yang terjadi,” imbuhnya.