Peran KSEI dan Regulator dalam Membangun Sistem Pasar Modal yang Lebih Baik
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyoroti dinamika perekonomian global yang memengaruhi kondisi ekonomi dan industri keuangan di Indonesia. Menurut KSEI, sinergi antara seluruh pemangku kepentingan pasar modal Indonesia, terutama emiten, sangat penting dalam menghadapi tantangan ekonomi yang bergerak dinamis.
Dalam seminar Emiten tahun 2025 dengan tema “Navigating Global Dynamics: The Resilience of Indonesia’s Economic and Financial Systems”, KSEI menyampaikan pentingnya peran emiten dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat, menjelaskan bahwa KSEI konsisten menjalankan komitmennya untuk menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih efisien, transparan, dan inklusif.
BACA JUGA
Pencapaian KSEI dalam Operasional dan Layanan Digital
Data operasional KSEI menunjukkan peningkatan tindakan korporasi sebesar 8,07 persen hingga akhir Juni 2025, dengan total 4.570 kegiatan. Nilai tindakan korporasi yang didistribusikan melalui KSEI mencapai Rp 273 triliun, meningkat 10 persen dibandingkan akhir 2024. Selain itu, sebanyak 961 emiten menggunakan layanan eASY.KSEI, naik 3,1 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah investor yang menggunakan layanan ini juga meningkat 18 persen, mencapai 56 ribu.
KSEI juga memiliki infrastruktur yang siap mendukung operasional pasar modal. Salah satu sistem utama adalah The Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST), yang mampu menangani 150 ribu transaksi per menit. Hingga akhir Juni 2025, C-BEST telah menangani 246,9 juta instruksi, dengan rata-rata 2,3 juta instruksi harian. Total efek yang disimpan di C-BEST mencapai 3.297 dengan nilai efek sebesar Rp 8.308 triliun.
Selain C-BEST, KSEI juga memiliki Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST) yang menangani transaksi reksa dana. Rata-rata jumlah subscription dan redemption mencapai 114 ribu per hari. Hingga akhir Juni 2025, terdapat 2.250 produk investasi di S-INVEST dengan aset under management sebesar Rp 811 triliun.
Peran OJK dalam Memperkuat Pasar Modal
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, menekankan pentingnya peran pelaku industri dan regulator dalam menjaga resiliensi pasar modal Indonesia. Ia menyebut beberapa langkah konkret yang dilakukan OJK, seperti:
- Peningkatan free float calon emiten baru untuk meningkatkan likuiditas.
- Perubahan POJK Nomor 30 Tahun 2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum (LRPD).
- Penyempurnaan ketentuan Penawaran Umum Saham Secara Elektronik (E-IPO).
- Penerbitan Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor 10 Tahun 2025 untuk mempermudah pelaporan kepemilikan saham.
Dengan kebijakan ini, OJK berharap pasar modal Indonesia semakin transparan, inklusif, dan berkembang.
Optimisme Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Ferry Irawan, menyampaikan optimisme pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029. Di tengah ketidakpastian global, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi dengan pertumbuhan stabil, inflasi terkendali, dan penurunan kemiskinan.
Kondisi Pasar Modal Indonesia
Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menyampaikan update kondisi pasar modal Indonesia. Meski terdapat tekanan dari perang dagang Amerika dengan China, BEI tetap menjadi bursa yang cukup kondusif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat turun menjadi 5.967 pada April 2025, namun saat ini sudah pulih mencapai 7.080. IHSG telah meningkat 18 persen sejak tahun 2020.
Pandangan Ekonom Senior
Ekonom Senior & Komisaris Independen Bank Central Asia (BCA), Raden Pardede, menilai fundamental ekonomi Indonesia masih kuat meskipun ada tekanan global. Namun, ia menekankan pentingnya kepemimpinan visioner, kebijakan yang adaptif, dan sumber daya manusia yang tangguh. Raden menilai, krisis saat ini bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan transformasi ekonomi.
Tantangan Domestik dan Harapan untuk Tahun 2025
Tantangan domestik yang dihadapi Indonesia termasuk realokasi belanja pemerintah secara optimal. Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 lebih disebabkan oleh penurunan belanja pemerintah. Dalam situasi ini, stimulasi belanja pemerintah sangat diharapkan sebagai pemicu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).