Strategi Ekspansi dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk di Tahun 2025
PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH) tengah mempersiapkan berbagai rencana ekspansi untuk meningkatkan kinerjanya pada tahun ini. Salah satu inisiatif terbaru yang diluncurkan adalah Indonesia’s AI Center of Excellence, yang baru saja diresmikan bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi), Cisco, dan Nvidia.
Program ini bertujuan untuk membangun infrastruktur kecerdasan buatan (AI) yang mampu menjaga keamanan siber sekaligus melatih talenta-talenta baru di bidang tersebut. Teknologi Nvidia terkini menjadi dasar dari proyek ini, didukung oleh intelligent infrastructure dari Cisco serta jaringan digital milik Indosat di Tanah Air. Dalam kerja sama ini, Indosat menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang menggunakan teknologi Nvidia GB200 NVL72—teknologi terbaru untuk mendukung generative AI dan komputasi performa tinggi (HPC) generasi mendatang.
BACA JUGA
Menurut Vikram Sinha, President Director & CEO ISAT, kolaborasi ini bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan Indonesia dengan memastikan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi pengguna AI, tetapi juga kreator dan inovator. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Danny Buldansyah, Direktur and Chief Business Officer ISAT, yang menyatakan bahwa perusahaan akan memperluas aktivitas pemrograman berbasis AI serta merambah sektor pertahanan dan keamanan, jasa jual kembali layanan telekomunikasi, konsultasi dan desain IoT, penyelenggara sistem pembayaran, layanan periklanan, dan penelitian pasar.
Prospek Kinerja ISAT di Tahun 2025
Analis Panin Sekuritas, Aqil Triyadi, mengatakan bahwa kinerja ISAT pada tahun ini masih memiliki potensi tumbuh, meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, kenaikan kinerja ISAT diprediksi lebih baik dibandingkan emiten lain di sektor telekomunikasi.
EBITDA ISAT diperkirakan akan tumbuh antara 6% hingga 8% YoY di tahun 2025. Alasannya, kinerja keuangan ISAT pada kuartal I 2025 cukup positif, dengan laba bersih yang naik 1,26% YoY dari Rp 1,29 triliun menjadi Rp 1,31 triliun. Penurunan beban operasional sebesar 2,54% YoY menjadi Rp 10,78 triliun juga memberikan dampak positif.
Namun, pendapatan ISAT turun 1,86% YoY menjadi Rp 13,57 triliun di kuartal I 2025. Meski begitu, ISAT tetap konsisten dalam strategi pertumbuhan ARPU (rata-rata pendapatan per pengguna). Kolaborasi terbaru dengan Nvidia dan Cisco juga diharapkan dapat membawa pertumbuhan jangka panjang, karena teknologi AI dianggap mampu meningkatkan efisiensi perusahaan.
Pandangan Analis dan Rekomendasi Investasi
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, setuju dengan pandangan Aqil. Ia menilai kinerja ISAT cukup solid di tengah persaingan ketat industri telekomunikasi. Menurut Sukarno, prospek jangka menengah masih menarik, terutama dari monetisasi data, sinergi pasca-merger, dan potensi ekspansi bisnis baru.
Dari segi valuasi saham, Sukarno melihat bahwa nilai saham ISAT relatif undervalued, dengan price to book value (PBV) dan price to earnings ratio (PER) di bawah rata-rata sektoral. Investor disarankan untuk terus memantau laporan keuangan kuartalan ISAT, perkembangan proyek 5G, dan realisasi belanja modal perusahaan.
Sementara itu, saham ISAT stagnan di perdagangan Jumat (11/7) pada level Rp 2.100 per saham, dengan kenaikan hanya sebesar 15,32% sejak awal tahun. Aqil merekomendasikan investor jangka menengah dan panjang untuk melakukan hold saham ISAT dengan target harga Rp 2.300. Sedangkan Sukarno menargetkan harga Rp 2.700 per saham untuk akumulasi jangka panjang.