Pengembangan Industri Berkelanjutan di Sumatera dan Batam
Hashim Djodjohadikusumo, Direktur Utama Arsari Group, baru-baru ini meresmikan dua pabrik baru yang berada di bawah naungan perusahaan tersebut. Kedua pabrik ini memiliki fokus pada penggunaan energi ramah lingkungan, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dan inovasi dalam industri.
Pabrik Karet Remah di Aceh
Pabrik pertama yang diresmikan adalah PT Potensi Bumi Sakti, yang berlokasi di Desa Glee Siblah, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat. Pabrik ini khusus mengolah karet remah dan merupakan bagian dariArsari Group. Pembangunan pabrik ini dimulai sejak 2013, namun prosesnya memakan waktu hampir 12 tahun sebelum akhirnya bisa beroperasi secara penuh pada 2025.
BACA JUGA
Menurut Hashim, lambatnya pembangunan pabrik ini disebabkan oleh tantangan finansial selama masa oposisi, di mana tidak ada bank yang bersedia memberikan kredit. Namun, saat ini ia optimis bahwa perbankan Indonesia akan lebih siap mendukung proyek-proyek seperti ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pabrik ini dapat menampung sekitar 200 karyawan, dengan rencana peningkatan hingga dua shift pekerjaan, yaitu antara 400 hingga 600 orang. Kapasitas mesin yang terpasang mampu mengolah 10 ton karet basah per jam atau lima ton karet kering per hari. Dengan biaya operasional mencapai Rp4 miliar per hari, pabrik ini juga mampu mengolah 100 ton karet kering per hari atau sekitar 30.000 ton karet kering per tahun.
Pabrik Solder Ramah Lingkungan di Batam
Pabrik kedua yang diresmikan adalah PT Solder Tin Andalan Indonesia (STANIA), sebuah pabrik solder ramah lingkungan pertama di Indonesia. Lokasinya berada di kawasan Tunas Industrial Estate, Batam, Kepulauan Riau. Pabrik ini dibangun di atas lahan seluas 6.500 meter persegi dan dirancang untuk memproduksi hingga 2.000 ton solder bar per tahun.
Dalam jangka panjang, kapasitas produksi ditargetkan meningkat menjadi 16.000 ton per tahun, termasuk solder wire, powder, dan paste. Proyeksi pendapatan mencapai Rp1 triliun. Saat ini, satu lini produksi mampu menyerap 80 tenaga kerja, dan jika kebutuhan meningkat, akan dikembangkan hingga empat lini.
Pabrik ini menggunakan energi baru terbarukan (EBT) yang disertifikasi Renewable Energy Certificate (REC) oleh PLN, menjadikannya sebagai fasilitas produksi bebas emisi. Desain bangunan juga dirancang efisien, dengan memaksimalkan pencahayaan alami untuk mengurangi konsumsi listrik.
Kolaborasi dan Rantai Pasok
Dari sisi rantai pasok, STANIA telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan PT Freeport Indonesia untuk pengadaan timbal dan perak, dua bahan strategis dalam produksi solder berkualitas tinggi. Selain itu, mereka juga menjalin kerja sama dengan Volex, perusahaan global penyedia solusi konektivitas, untuk ekspor produk solder ke pasar internasional.
Melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dan kolaborasi strategis, Arsari Group ingin membuktikan bahwa industri pertambangan juga bisa menjadi pelopor keberlanjutan. Dengan dua pabrik baru ini, perusahaan semakin memperkuat posisinya sebagai pelaku industri yang berkomitmen pada keberlanjutan dan inovasi.