Tantangan yang Dihadapi Koperasi di Indonesia
Koperasi di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Pengawas Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Said Abdullah, dalam rangka memperingati Hari Koperasi Nasional ke-98. Ia menegaskan bahwa koperasi harus kembali menjadi semangat ekonomi kerakyatan sebagaimana dicita-citakan oleh Bung Hatta, Proklamator dan Wakil Presiden Pertama RI.
Koperasi sebagai Usaha Rakyat
Said menyatakan bahwa koperasi adalah usaha yang berasal dari rakyat, bertujuan untuk menghimpun diri dalam kegiatan ekonomi secara mandiri. Dalam koperasi, anggota memiliki kedudukan yang setara, tidak dibedakan berdasarkan jumlah setoran modal seperti layaknya perseroan. Dari modal yang terkumpul, koperasi membangun usaha yang minimal melayani anggotanya sendiri.
BACA JUGA
Selain itu, koperasi juga berperan sebagai sarana pendidikan rakyat dan berhimpun. Tidak hanya urusan ekonomi, koperasi juga memberikan ruang bagi pengembangan diri melalui berbagai kegiatan pendidikan dan membangun bonding komunal. Dengan demikian, koperasi dapat mewujudkan gerakan perubahan sosial yang lebih luas.
Koperasi sebagai Agen Pembangunan
Said menjelaskan bahwa koperasi merupakan agen dan pilar pembangunan. Dengan meluasnya gerakan koperasi, maka kegiatan ekonomi juga akan meluas. Modal yang terkumpul semakin besar, namun dimiliki banyak orang, sehingga koperasi menggerakan ekonomi lebih besar, namun kepemilikannya tidak disegelintir orang. Dengan demikian, usaha koperasi dapat mengurangi kesenjangan sosial.
Selain itu, koperasi juga menjadi perwujudan paling kongkrit dari maksud perekonomian Pancasila. Dalam koperasi ada gotong royong, usaha perekonomian disusun dengan modal bersama dan untuk kemakmuran bersama, pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis karena semua anggota memiliki kedudukan yang setara tanpa memandang setoran modalnya.
Tantangan yang Dihadapi Koperasi Saat Ini
Meskipun begitu, Said menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi koperasi di Indonesia saat ini. Pertama, kontribusi koperasi terhadap PDB masih rendah. Data BPS menunjukkan bahwa volume usaha koperasi pada tahun 2024 baru mencapai Rp 214 triliun, atau sekitar 0,97% dari PDB Indonesia yang bernilai Rp 22.139 triliun. Sementara itu, usaha skala UMKM mencapai 63% PDB Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa individualisme usaha merupakan tantangan yang harus dihadapi koperasi.
Kedua, koperasi di Indonesia tertinggal dari koperasi di negara kapitalis. Kontribusi koperasi terhadap PDB Amerika Serikat sebesar 5%, Jerman 6%, Belanda dan Perancis 18%, Selandia Baru 20%. Di negara-negara kapitalis, kontribusi koperasi terhadap perekonomian nasional jauh lebih besar ketimbang di negara kita yang menganut Pancasila, yang kurang dari 1%.
Ketiga, koperasi di Indonesia didominasi oleh usaha simpan pinjam. Saat ini, sebagian besar koperasi masih bergerak di bidang tersebut. Padahal di banyak negara, koperasi telah merambah sektor strategis seperti manufaktur dan perdagangan besar. Contohnya, Koperasi Mondragon di Spanyol yang bergerak di sektor industri, dan NKL di Norwegia yang memiliki aset lebih dari US$ 9,6 miliar di sektor perdagangan.
Terakhir, citra koperasi yang buruk. Belakangan, rangkaian kasus penipuan di beberapa koperasi pada masa lalu turut merusak kepercayaan publik. Oleh karena itu, menurut Said, koperasi dan organisasi seperti Dekopin harus berperan aktif dalam memperbaiki tata kelola dan membangun citra positif koperasi sebagai institusi ekonomi yang kredibel. Tantangan ke depan bagi insan koperasi adalah menjadikan koperasi sebagai wahana yang bercitra diri baik.